Literature
Djokolelono
Setan van Oyot: Sebuah Roman Picisan
The root of evil: A colonial pulp fiction
Paruh kedua 1930an: masa-masa genting pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Di Eropa peperangan mulai berhembus. Di Asia, Je¬pang menang atas Ru¬sia. Di dalam negeri sendiri, pemogokan buruh merebak di kota-kota di Jawa. Belum lagi korupsi dan kebejatan moral birokrasi kolonial.
Semua latar internasional itu berpengaruh kepada kehidupan rakyat jelata di Wlingi, sebuah kota kecil di Jawa Timur yang menjadi mikrokosmos masyarakat kolonial. Pesta ulang tahun Ratu Belanda hendak diperingati secara besar-besaran di sana. Masalahnya, sebuah pohon beringin raksasa yang dikeramatkan menghalangi tempat acara dan harus ditumbangkan—keputusan yang menggegerkan warga setempat dan menyulut serangkaian peristiwa menegangkan.
Seorang pemuda Belanda yang nekat ke Jawa untuk mencari ayahnya, seorang perempuan pribumi cantik yang berambisi menjadi nyonya Belanda, seorang sinder korup dengan istrinya yang penjudi, seorang detektif partikelir misterius, dan seorang nona Tionghoa pewaris usaha perkebunan cokelat—semuanya terlibat dalam sebuah jalinan kisah cinta dan tragedi yang memikat di tengah kemelut drama sejarah.
Djokolelono (1944) sering disebut sebagai salah satu pelopor penulisan fiksi ilmiah di Indonesia. Pada 1960an dan awal 1970an ia sangat produktif menulis dan menerjemahkan. Tuntutan pekerjaan sebagai pengarah kreatif di beberapa biro iklan sempat membuatnya cukup lama absen menulis. Dan kini ia kembali. Setan van Oyot adalah fiksi dewasanya yang pertama.
The second half of 1930s was a critical times for Dutch Indies government.
War seemed inevitable in Europe, while in Asia, Japan had just won the war against Russia and began to spread their agents all over Asia. In Java, labor strikes and nationalist movements proliferated. Corruption and depravity plagued the colonial bureaucracy.
These affected the lives of ordinary people in Wlingi, a small town in East Java—a colonial society with its complicated social, racial, and language structures. The upcoming Queen’s birthday celebration was expected to be held there, but there was a problem: a sacred banyan tree had to be cut down for the celebration, a decision that has alarmed local residents and sparked a series of thrilling events.
A young Dutchman travelled to Java to look for his father, a beautiful native woman had ambitions to become wife of Dutch master, a corrupt native official with his gambling wife, a mysterious private detective, and a Chinese heiress of a chocolate plantation business—all
involved in a tragic love affair amid the chaos of historical drama.
Djokolelono (1944) is known as a prolific translator and children’s book author in the 1980s. He was dubbed as one of the pioneers of Indonesian sci-fi. This novel is his first “adult fiction.”